Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. Al Baqarah [2]: 6-7)
Mari kita awali renungan kita kali ini dengan memohon kepada Allah agar Allah SWT membukakan pintu-pintu hati kita, pintu-pintu hati saudara-saudara kita yang masih terkunci agar dapat menerima petunjuk-Nya karena kita sudah demikian lelah menanggung hasil kerja dan pemikiran orang-orang yang tidak lagi memiliki hati nurani.
Allah SWT menegaskan dalam ayat di atas bahwa orang-orang kafir, orang-orang yang ingkar tidak akan dapat menerima nasihat karena hati mereka sudah terkunci mati, tertutup rapat tidak dapat menerima petunjuk. Telinga dan mata mereka telah tersumbat. Lalu perbaikan apa lagi yang dapat diharapkan dari orang-orang seperti ini? Kalau pun mengandalkan perbaikan dari intelektual mereka, maka bersiaplah kecewa karena pemikiran-pemikiran yang akan mereka keluarkan, kerja-kerja yang akan mereka hasilkan adalah pemikiran dan kerja merusak tanpa nurani. Bukankah hati nurani yang akan menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh penglihatan dan pendengaran? Lalu apa yang dapat diharapkan dari orang-orang yang sudah kehilangan hati, atau seperti ayat di atas, dari orang-orang yang hatinya terkunci mati?
Dalam skala makro, baru saja kita dipertontonkan dua sandiwara besar yang sangat memiriskan hati orang-orang yang masih punya nurani. Sandiwara yang kami maksudkan terutama pada episode dieluk-elukkannya keluarnya Ariel PITERPAN yang sudah sangat jelas menjadi bintang “porno” seperti seorang pahlawan jihad dari medan laga. Sedangkan sandiwara selanjutnya adalah kisah para pejabat koruptor yang tak pernah jerah dan tak merasa bersalah walau vonis telah dijatuhkan, bahkan mereka masih bisa tersenyum didepan kamera seolah tak memiliki salah sama sekali telah mencuri uang rakyat. Pada waktu yang hampir bersamaan, orang-orang yang katanya wakil rakyat juga terbahak mentertawakan kebodohan kita karena kita telah menaruh harapan perbaikan terlalu banyak kepada mereka. Dan kita yang hanya bisa kecewa akan terus kecewa menanggung hasil kerja orang-orang yang tidak lagi memiliki hati nurani seperti ini. Ini contoh besar kerusakan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang sudah terkunci mati pintu nuraninya.
Lebih jauh mengenai hati, Allah SWT memberitakan lewat riwayat kaum nabi Musa ‘alaihissalam ketika Allah SWT memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan-Nya yaitu ketika Allah SWT menghidupkan orang yang sudah mati dengan pukulan sebagian anggota sapi betina (lihat QS. Al Baqarah [2]: 67-73). Berikut ini terjemahan dari ayat yang kami maksud:
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah [2]: 74)
Subhanallah. Menurut ayat di atas, hati yang tidak juga dapat menerima petunjuk setelah diperlihatkan bukti-bukti nyata adalah hati yang mengeras membatu bahkan lebih keras lagi.
Mungkin kita akan bertanya mengapa bisa seperti ini. Untuk jawabannya, Al Ghazali pernah menjelaskan bahwa hati itu laksanakan cermin dan dosa-dosa laksana titik-titik hitam. Semakin sering kita bermaksiat, melanggar larangan Allah – walau pun dengan pelanggaran larangan yang bersifat coba-coba, itu artinya kita memperbanyak titik-titik hitam yang akan menutupi kebeningan cermin hati. Dan apabila sudah tertutup semuanya, yakinlah kita tidak akan lagi mampu bertanya kepada hati nurani kita tentang benar-salah sebab ia sudah menghitam dan tidak mampu lagi memantulkan cahaya Ilahi. Naudzubillah. Tobat menyeluruh, memperbanyak istighfar dan memperbanyak upaya mendekatkan diri kepada Ilahi dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya akan kembali dapat memperlembut hati yang sudah terlanjur mengeras.
Mari kita perlembut hati kita dengan berbanyak ibadah kepada Allah dan saat ini pada bulan Ramadhan yang agung ini Allah memberikan seluas-luasnya beraneka ragam ibadah yang bisa melunakkan hati kita menjadi hati-hati yang bercahaya keimanan dan memiliki kelembutan untuk menjadi insan kamil yang bermanfaat.
Semoga bermanfaat.