Ada beberapa metode penting yang menunjang dan mengerakan  siswa untuk menghafal Al-Qur’an yakni antara lain:

Mengikatnya dengan kepribadian Nabi Muhammad SAW. Sebagai teladan.

Sesungguhnya dengan mengikat siswa dengan kepribadian nabi Muhammad SAW. Dan berupaya meneladaninya serta menanamakan kecintaan kepadanya di dalam hatinya termasuk media paling penting yang bisa mendorong seorang siswa untuk berbuat dan mengerahkan segala upayanya.

Pujian

Pujian memberikan pengaruh yang efektif didalam jiwa. Ia bisa menghidupkan persaan-persaan mati yang tertidur, meninggalakan kesan yang baik, menanamkan kecintaan dalam hati, dan membangkitkan kesadaran diri, ia juga mendorong seorang yang dipuji itu pada suatu perbuatan dengan penuh keseriusan dan rasa santai pada saaat bersamaan.[1]

Kompetisi

Kompetisi bisa menggerakan siswa potensi-potensi siswa yang tersembunyi yang tidak bisa di ketahui pada waktu-waktu biasa. Potensi-potensi dalam diri siswa itu muncul ketika diletakkan dalam kompetisi yang intens dengan orang lain.

Pemecahan problem

Masa-masa kemalasan dan keengganan terkadang datang kepada seorang siswa yang rajin. Hal itu mungkin karena masalah yang meninmpanya. Sehingga, setiap masalah yang terjadi harus harus di pecahkan agar ia bisa tetap kembali kepada aktifitasnya tersebut.

Pemenuhan kecenderungan dan perwujudan keinginan

Terkadang seorang siswa mengerahkan upaya yang besar, mewujudkan suatu yang besar dalam pandangannya, dan merasa ia telah memberikan sesuatu yang bernilai kepada keluarga dan gurunya ketika ia memenuhi keinginan-keinginan mereka seperti hafalan dan keunggulan, sehingga ia menunggu mereka memberikan kompensasi sesuatu yang sama dengan memenuhi kecenderungan-kecenderunganya serta mewujudkan keinginannya.[2]

Strategi Menghafal Al-Qur’an

Untuk membantu mempermudah membentuk kesan dalam ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu:

  1. Kita wajib mengikhlaskan niat, memperbaiki tujuan, dan menjadikan penghafalan Al-Qur’an hanya karena Allah SWT.
  2. Memperbaiki ucapan dan bacaan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara belajar langsung dari seorang qori’ yang bagus atau penghafal yang sempurna.
  3. Menentukan presentase hafalan setiap hari. Seseorang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus mampu menentukan batasan hafalan yang disanggupinya setiap hari dan harus dilakukan secara istiqomah.
  4. Jangan melampaui kurukulum harian hingga bagus hafalannya secara sempurna. Tujuannya adalah agar hafalan menjadi mantap dalam ingatan.
  5. Menggunakan satu jenis mushaf. Alasannya adalah karena manusia mengingat dengan melihat, sebagaimana ia juga mengingat dengan mendengar. Selain itu gambaran ayat, juga posisinya dalam mushaf bisa melekat dalam pikiran. Apabila penghafal berganti-ganti mushaf, maka hafalannya akan kacau dan sangat sulit menghafalnya.
  6. Memahami ayat-ayat yang dihafalnya. Seorang penghafal harus membaca tafsir ayat-ayat yang dihafal dan mengetahui aspek keterkaitan antara sebagian ayat dengan ayat yang lainnya. Semua itu bisa mempermudah penghafalan ayat.
  7. Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan surat setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.
  8. Mengulang dan memperdengarkan hafalannya secara rutin. Wajib mengulang dan memperdengarkan hafalannya kepada orang lain, sebagai media untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dan sebagai peringatan yang terus-menerus terhadap pikiran dan hafalannya.
  9. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa. Dengan memberi perhatian khusus terhadap ayat-ayat yang mengandung keserupaan (mutasyabihat). Maka hafalannya akan cepat menjadi bagus.
  10. Berguru kepada yang ahli. Yaitu guru yang hafal Al-Qur’an, serta orang yang sudah mantap dala segi agama dan pengetahuanya tentang Al-Qur’an.
  11. Memaksimalkan usia yang tepat untuk menghafal. Tahun-tahun yang tepat untuk menghafal yaitu dari usia 5 tahun hingga kira-kira 23 tahun. Alasannya, manusia pada usia ini daya hafalannya bagus sekali.[3]

Strategi di atas juga berfungsi untuk meningkatkan mutu atau kualitas hafalan Al-Qur’an. Dengan strategi mengahafal yang baik dalam proses pembelajaran menghafal Al-Qur’an maka tujuan pembelajaran menghafal Al-Qur’an tercapai.

Selain setrategi ada juga alat untuk menghafal Al-Qur’an, yang di maksudkan disini adalah alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran guna membantu untuk mencapai suatu tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Sumber adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran itu didapat atau asal untuk belajar seseorang.

Alat dan sumber pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Tahfizul Qur’an di antaranya adalah alat multimedia seperti: (a) komputer/laptop beserta infocus; (b) televisi dan VCD Player; (c) Tape dan kaset atau CD; (d) Proyektor atau OHP. Buatlah bagan, dengan menggunakan power point untuk diproyeksikan melalui OHP, namun jika tidak ada bisa langsung dengan dibuatkan di papan tulis.

Jika tidak ada, guru dapat memanfaatkan papan tulis dan beberapa spidol dengan bermacam warna. Alat penutup untuk menutupi teks arabnya, dapat menggunakan penggaris kayu atau kertas. Untuk sumber pembelajarannya gunakanlah mushaf Juz ‘amma atau Mushaf bahriah, yang sangat praktis digunakan saat menghafal Al-Qur’an.[4]

Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Metode Hafalan Al-Qur’an

Dalam rangka meningkatkan kualitas hafalan bagi penghafal Al-Qur’an perlu adanya sesuatu yang menunjang dari beberapa faktor antara lain factor intern dan ekstern. Adapun penjelasan kedua factor tersebut adalah sebagai berikut:

Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an

Faktor Internal

Faktor internal adalah keadaan jasmani dan rohani siswa (santri).[5] Faktor berasal dari dalam diri sendiri siswa, ini merupakan pembawaan masing-masing siswa dan sangat menunjang keberhasilan belajar atau kegiatan mereka.

Beberapa faktor yang yang berasal dari diri siswa antra lain sebagai berikut:

  • Bakat

Secara umum bakat (aptitude) adalah komponen potensial seorang siswa untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.[6] Dalam hal ini siswa yang memiliki bakat dalam menghafal Al-Qur’an akan lebih tertarik dan lebih mudah menghafal Al-Qur’an. Dengan dasar bakat yang dimiliki tersebut, maka penerapan metode dalam menghafal Al-Qur’an akan lenih efektif. Minat Minat secara sederhana berarti kecenderungan dan kegairahan yang sangat tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu. Siswa yang memiliki minat untuk menghafal Al-Qur’an akan secara sadar dan bersungguh-sungguh berusaha menghafalkan kitab suci ini sebelum diperintah oleh kyai/ustadz. Minat yang kuat akan mempercepat keberhasilan usaha menghafal Al-Qur’an.

  • Motivasi Siswa

Yang dimkasud dengan motivasi disini adalah keadaan internal organisme (baik manusia atau hewan) yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Siswa yang menghafalkan kitab suci ini pasti termotivasi oleh sesuatu yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Motivasi ini bisa karena kesenangan pada Al-Qur’an atau karena bisa karena keutamaan yang dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an. Dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an dituntut kesungguhan tanpa mengenal bosan dan putus asa. Untuk itulah motivasi berasal dari diri sendiri sangan penting dalam rangka mencapai keberhasilan, yaitu mampu menghafal Al-Qur’an 30 juz dalam waktu tertentu.

  • Kecerdasan

Kecerdasan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan dan menghafal Al-Qur’an. Kecerdasan ini adalah kemampuan psikis untuk mereaksi dengan rangsangan atau menyesuaikan melalui cara yang tepat.[7] Dengan kecerdasan ini mereka yang menghafal Al-Qur’an akan merasakan diri sendiri bahwa kecerdasan akan terpengaruh terhadap keberhasilan dalam hafalan Al-Qur’an. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga cukup mempengaruhi terhadap proses hafalan yang dijalani.

  • Usia yang cocok

Penelitian membuktikan bahwa ingatan pada usia anak-anak lebih kuat dibandingkan dengan usia dewasa. Pada usia muda, otak manusia masih sangat segar dan jernih, sehingga hati lebih fokus, tidak terlalu banyak kesibukan, serta masih belum memiliki banyak problem hidup. Untuk itulah usia yang cocok dalam upaya menghafal Al-Qur’an ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam menghafalnya. Adapun usia yang cocok adalah pada usia sekitar 5 tahun hingga 23 tahun.

Faktor Esksternal

Faktor eksternal adalah adalah kondisi atau keadaan dilingkungan sekitar siswa.[8] Hal ini berarti bahwa factor-faktor yang berasal dari luar diri siswa juga ada yang bisa menunjang keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.

Adapun faktor eksternal antara lain yaitu:

  • Tersedianya guru qira’ah maupun guru tahfidz (Instruktur)

Keberadaan seorang instruktur dalam memberikan bimbingan kepada siswanya sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam menghafalkan Al-Qur’an. Faktor ini sangat menunjang kelancaran mereka dalam proses belajarnya tanpa adanya pembimbing, kemungkinan besar mutu hafalan para siswa hasilnya kurang berkualitas dan kurang memuaskan. Jadi dengan adanya instruktur dapa diketahui dan dibenarkan oleh instruktur yang ada.

  • Pengaturan waktu dan pembatasan pembelajaran Al-Qur’an

Siswa dalam menghafal Al-Qur’an diperlukan waktu yang khusus dan beban pelajaran yang tidak memberatkan para penghafal yang mengikti tahfidzul Al-Qur’an, dengan adanya waktu khusus dan tidak terlalu berat materi yang dipelajari para siswa (santri) akan menyebabkan sisiwa lebih berkonsentrasi untuk menghafalkan Al-Qur’an. Selain itu dengan adanya pembagian waktu akan bisa memperbaharui semangat, motivasi dan kemauan, meniadakan kejenuhan dan kebosanan. Dengan adanya semua ini, maka suatu kondisi kegiatan menghafal Al-Qur’an yang rileks dan penuh konsentrasi.

  • Faktor Lingkungan Sosial (Organisasi, pesantren, dan keluarga)

Lingkungan adalah suatu faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan agama.[9] Hal ini beralasan, bahwa lingkungan para siswa bisa saja menimbulkan semangat belajar yang tinggi sehingga aktifitas belajarnya semakin meningkat. Masyarakat sekitar organisasi, pesantren, keluarga yang mendukung kegiatan Tahfidzul Qur’an juga akan memberikan stimulus positif pada para siswa sehingga mereka menjadi lebih baik dan bersungguh-sungguh dan manteb dalam menghafal Al- Qur’an.

Faktor penghambat dalam pelaksaan hafalan Al-Qur’an

Faktor Internal

  • Kurang minat dan bakat

Kurangnya minat dan bakat para siswa dalam mengikuti pendidikan Tahfidzul Qur’an merupakan faktor yang sangat menghambat keberhasilannya dalam menghafal Al-Qur’an, diman amereka cenderung malas untuk melakukan tahfidz maupun takrir.

  • Kurang motivasi dari diri sendiri

Rendahnya motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri atupun motivasi dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan kurang bersemangat untuk mengikuti segala kegiatan yang ada, sehingga ia malas dan tidak bersungguh-sungguh dalam menghafalkan Al-Qu’ran. Akibatnya keberhasilan untuk menghafalkan Al-Qur’an menjadi terhambat bahkan proses hafalan yang dijalaninya tidak akan selesai-selesai dan akan memakan waktu yang relatif lama.

  • Banyak dosa dan maksiat.

Hal ini karena dosa dan maksiat membuat seorang hamba lupa pada Al-Qur’an dan melupakan dirinya pula, serta membutakan hatinya dari ingat kepada Allah swt serta dari membaca dan menghafal Al-Qur’an.

  • Kesehatan yang sering terganggu

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi orang yang menghafalkan Al-Qur’an. Jika kesehatan terganggu, keadaan ini akan menghambat kemajuan siswa dalam menghafalkan Al-Qur’an, dimana kesehatan dan kesibukan yang tidak jelas dan terganngu tidak memungkinkan untuk melakukan proses tahfidz maupun takrir.

  • Rendahnya kecerdasan

IQ merupakan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan Tahfidzul Qur’an. Apabila kecerdasan siswa ini rendah maka proses dalam lemah hafal Al-Qur’an menjadi terhambat. Selain itu lemahnya daya ingatan akibat rendahnya kecerdasan besa menghambat keberhsilannya dalam menghafalkan meteri, karena dirinya mudah lupa dan sulit untuk mengingat kembali materi yang sudah dihafalkannya. Meskipun demikian, bukan berarti kurangnya kecerdasan menjadi alasan untuk tidak bersemangat dalam proses tahfidzul Qur’an. Karena hal yang paling penting adalah kerajinan dan istiqomah dalam menjalani hafalan.[10]

  • Usia yang lebih tua

Usia yang sudah lanjut menyebabkan daya ingat seseorang menjadi menurun dalam menghafalkan Al-Qur’an diperlukan ingatan yang kuat, karena ingatan yang lemah akibat dari usia yang sudah lanjut menghambat keberhasilannya dalam menghafalkannya.

Faktor Eksternal

  • Cara instruktur dalam memberikan bimbingan

Cara yang digunakan oleh instruktur dalam memberikan materi pelajaran bimbingan besar sekali pengaruhnya terhadap kualitas dan hasil belajar siswa.[11] Cara instruktur tidak disenangi oleh siswa bisa menyebabkan minat dan motivasi belajar siswa dalam menghafal menjadi menurun.

  • Masalah kemampuan ekonomi

Masalah biaya menjadi sumber kekuatan dalam belajaran sebab kurangnya biaya sangat mengganggu terhadap kelancaran belajar siswa (santri). Pada umumnya biaya ini diperoleh bantuan orang tua, sehingga kiriman dari orang tua terlambat akan mempunyai pengaruh terhadap aktifitas siswa.[12] Akibatnya tidak sedikitpun diantara mereka yang malas dan turun motivasinya dalam belajar menghafal Al-Qur’an.

  • Padatnya materi yang harus dipelajari siswa

Materi yang terlalu banyak atau padat akan menjadi salah satu penghambat studi para siswa.[13] Keadaan ini beralasan sekali karena beban yang harus ditanggung siswa menjadi lebih berat dan besar serta melelahkan.

Dengan adanya berbagai faktor yang menghambat pelaksanaan belajar dalam metode-metode menghafal Al-Qur’an, maka perlu adanya untuk memecahkannya. Menurut Oemar Hamalik, ada beberapa cara mengatasi kesulitan dalam menghafal pelajaran adalah sebagai berikut:

  1. Apa saja yang akan dihafal, maka terlebih dahulu hendaknya difahami dengan baik. Jangan menghafal materi yang belum difahami, karena cara ini akan menyebabkan kita akan bingung dan tidak bermanfaat. Kemungkinan besar juga akan mudah terlupakan.
  2. Bahan-bahan hafalan senantiasa diperhatikan, dihubungkan dan di integrasikan dengan bahan-bahan yang sudah dimiliki. Apa saja yang telah tersimpan dalam ingatan saudara dapat dijadikan latar belakang dari pada hafalan baru, sehingga hafan itu menjadi satu keseluruhan dan bukan sebagai tambahan yang lepas satu sama lain. Cara demikian akan memudahkan untuk mengingat-ingat dan akan tahan lama.
  3. Materi yang sudah saudara hafalkan, supaya sering diperiksa, di reorganisasikan dan digunakan secara fungsional dalam situasi atau perbuatan sehari-hari, seperti dalam percakapan, diskusi atau dalam mengerjakan tugas.
  4. Supaya dapat mengungkapkan dengan mudah, maka curahkan perhatian sepenuhnya pada bahan hafalan itu, Berkat kemauan dan keinginan yang kuat, maka perhatian dapat dikonsentrasikan sepenuhnya.[14]

 

Berdasarkan upaya diatas bila diartikan atau dihubungkan dengan kesulitan menghafal Al-Qur’an, maka ada beberapa upaya untuk mengatasinya. Adapun upaya tersebut dapat di terapkan di dalam hafalan antara lain:

  1. Senantiasa mengadakan pengulangan (Muraja’ah) dalam hafalan untuk memperkuat ayat-ayat yang sudah dihafalkan.
  2. Apa yang hendak dihafal sebaiknya dipahami dahulu agar mudah untuk mengatasinya.
  3. Senantiasa menjaga kesehatan, karena kesehatan itu memegang peranan terpenting dalam aktifitas belajar, misalkan makan bergizi, istirahat yang cukup, dan lakukan olahraga secukupnya.
  4. Pada saat menghadapi kesulitan psikologis, hendaklah mengadakan konsultasi dengan orang yang dipandang bisa membantu dan mengatasinya. Misalnya dengan kyai atau orang tua.

Dengan demikian diprlukan beberapa upaya untuk mengatasi kesulitan dalam menghfal Al-Qur’an, karena dalam setiap kegiatan seseorang (termasuk siswa/ siswa) akan selalu dihadapkan dengan permsalahan yang semuanya ini memerlukan jalan keluar untuk memecahkannya. Dengan adanya pemecahan ini apa yang diharapkan dan apa yang dilakukan baik oleh siswa maupun orang pada umumnya bisa berjalan dengan lancar dalam rangka mencapai tujuanyang dicita-citakan.

[1] Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an…, hal 177-178

[2] Ibid, hal. 184

[3] Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an…, hal. 106-116

[4] Sa’dullah, S.Q., 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an…, hal. 58

[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000), hal.132.

[6] Ibid., hal.135-136

[7] Ibid., hal. 134

[8] Ibid., hal.132

[9] Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, ( Solo:Ramadhani,1993), hal. 40

[10] Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an…, hal. 141

[11]Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar,(Bandung: Tarsito,1983), hal.115

[12] Ibid., hal.117

[13] Ibid., hal. 67

[14] Ibid., hal 115

Tinggalkan Balasan