Musibah, uang dan keberkahan

Perjalanan panjang kehidupan ini jika dirasakan bukan hanya akan mengalirkan air mata, namun jika akan menoreh luka hati yang menyebabkan dendam tak tertahankan.

Kurang lebih 12an tahun yang lalu, saat saya datang dari pendidikan S3. Masih sangat energik, ada sebuah sekolah yang waktu itu hanya kontrak, pindah kesana kemari. Saya lihat sekolah ini akan menjadi besar jika dikelola dengan baik. Tanpa niat apapun saya sampaikan waktu itu pada *murobi* saya bahwa saya siap dengan semua daya dan upaya membangun sekolah itu menjadi sekolah favorit di Mataram bahkan di NTB.

Kemudian kami berikhtiar untuk tidak lagi sewa -sewa gedung. Saya waktu itu mencetuskan istilah sekolah alam. Banyak yang menentang, saya sampaikan bahwa InsyAllah akan berkembang dengan pesat.

Lantas dana dari mana? Saya ditanya oleh pengurus yayasan, saya balik tanya. Yayasan punya uang berapa? Kami hanya punya uang segenini. Oke saya jawab, tolong saya dicarikan sepetak tanah saja.

Lho kok hanya sepetak tanah? Iya nanti gedung nya pakai brugak-bgugak saja yang beratap ilalang, saya sampaikan itu karena saya ingin buat konsep sekolah alam.

Lantas ditanya kembali, uang dari mana untuk bangunan nanti? Saya jawab, Alhamdulillah saya konsultan bank syariah, nanti saya yang berhutang tanpa anggunan untuk membangun bangunannya.

Alhamdulillah walau istri menangis dengan perjuangan ini, saya datang ke salah satu bank syariah dan mengajukan hutang dengan jaminan peronal *personal garansi*. Istri tanya, abi ini kan bukan sekolah kita, bukan milik kita kalau tidak bisa mengembalikan bagaimana? Kalau nanti abi di khianati bagaimana? Saya yakinkan bahwa tidak mungkin orang-orang sholeh yang saya kenal itu akan menghianati perjuangan ini.

Kemudian tahun tahun berlalu, berubalah sekolah yang dulu sewa sana sini sekarang menjadi sekolah pilihan dan unggulan walau belajar di bawah gedung yang beratapkan ilalang. Siswanya berprestasi dan sampai penerimaan siswapun harus mendaftar jauh sebelum pembukaan.

Sekolah itu menjadi besar, menjadi hal yang lumrah. Dulu sebelum besar, jangankan menengok, mengakui saja tidak. Namun begitu besar kemudian banyak yang menganggap itu jasa dan mengatakan *organisasi ini di dirikan bukan karena figur, maka antum sudah saatnya untuk pindah posisi*. Itu terjadi pada sebuah pertemuan di salah satu kantor sebuah partai, ya malam itu menjadi malam bersejarah bagi hidup saya.

Kemudian paginya saya sampaikan kepada sebagian wali murid, bahwa saya tidak lagi mengelola sekolah. Kemudian banyak orangtua yang protes ke yayasan, dari protes itu mengingini pertemuan. Ya Allah, saya tidak menyangka bahwa saya justru di fitnah sesuatu yang tidak pernah saya lakukan.

Alhamdulillah walau sebenarnya berat, namun saya yakin setiap ujian ada hikmahnya. Saya sampaikan kepada mereka saya lepas semuanya asalkan hutang-hutang di bank itu dibayarkan agar tidak menjadi beban saya. Kemudian saya balik ke kampus.

Setelah bertahun-tahun saya geluti kehidupan kampus kembali, ternyata naluri mengelola lembaga pendidikan muncul kembali.

Pada tahun 2013 yang lalu, saya dan istri berikhtiar untuk kembali mendirikan sekolah dari NOL, dengan lembaga yang kami buat dan kelola sendiri. Bermula dari menyewa ruko kemudian karena sudah cukup besar, ada salah satu embah keluarga dari mertua yang cukup berada menawarkan kerjasama karena punya lahan dan rumah yang cukup untuk sebuah sekolah mulai dari PAUD hingga SD.

Tawaran itupun kami sambut gembira karena ini yang menawari adalah keluarga, kemudian 2 tahun setelah menyewa ruko kami pindah ke rumah dan lahan keluarga itu di Jl. Adisucipto, LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL berkembang dengan pesat.

Kami bangun lokasi yang dulu tak layak digunakan sebagai sekolah menjadi tempat yang asri, dapat bantuan untuk membuat kamar mandi yang sangat layak untuk ukuran sebuah sekolah, mendapatkan dukungan penuh dari Walisantri kemudian perlahan tampak sebagai sebuah sekolah walaupun itu adalah rumah tingal, sudah beratus juta kami bangun menjadi layak dan bagus.

Namun kemudian, ujian itu kembali datang. Karena dua yayasan jadi satu menyebabkan tidak klop dan akhirnya daripada menjadi persoalan antar keluarga kami pun ikhtiar hanya sewa menyewa padahal sebagian bangunan kami yang membangun walaupun tanah itu adalah milik mereka. Ya ini sebuah perjalanan ujian kembali. Ternyata ada niatan lain yaitu ada udang dibalik batu, ingin mendirikan sekolah sendiri yang menempati dimana bangunan itu dulu adalah kami yang membangun.

Maka jika sekarang di jalan Adisucipto tempat dimana dulu LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL berada ada sekolah baru yang bukan dengan nama Lenterahati Ibs maka itu bukan bagian dari kami tetapi sekolah yang menempati bangunan dimana sebagain besar adalah hasil usaha kami dan infaq dari Walisantri Lentera Hati Ibs, jadi sebenarnya itu adalah hak Walisantri. Tetapi biarlah, Allah maha tau dan maha membalas semua perbuatan dan akan mengantikan dengan yang lebih baik.

Saya dan istri tak pantang menyerah, akhirnya dengan dukungan saudara-saudara. Kak Joni Adiansyah, Didi Wahyudi adek Santy Maratul dan Allah memberikan penguat yang tak pernah menyerah dan selalu memberikan dorongan seberat apapun ujian yang datang, dikau Dina Nurlaily Aprinaida telah diberikan Allah untuk menguatkan hati ini pada setiap ujian yang datang dan keluarga besar mertua akhirnya kami bisa membeli tanah dan ikhtiar memulai membangun gedung milik sendiri.

Betapa bahagianya kami bisa mewujudkan impian membuat gedung pendidikan yang representatif. Kami mendapatkan dukungan penuh dari Walisantri dan BNI Syariah hingga bisa membangun gedung megah.

Tetapi tidaklah semulus yang kami rencanakan, dalam tahap awal pembangunan kami percayakan pada pemborong, kakak dan saya sangat percaya pada pemborong itu. Tanpa 1 adalah lantai 1 dan lantai 2. Baru berjalan lantai 1 dan lantai 2 baru mulai dikerjakan, dana kontraktor sudah diminta lebih 80%. Kami percayakan begitu saja, tidak tau rencana Allah.

Ternyata ALLAH berkendak lain, sang kontraktor yang sudah kami berikan dana bangunan 80% kecelakaan dan meninggal dunia. Ya Allah seolah kami dihantam petir. Musibah itu kembali datang. Uang yang sudah dipegang oleh kontraktor tak sepeser pun bisa kami minta dari keluarganya. Awalnya kami sudah pasrah, namun Allah punya rencana indah.

Ada gempa maha dahsyat yang menghantam Lombok, Alhamdulillah gedung itu masih berdiri megah walau banyak bangunan tak bersisa kemudian dengan bencana itu BNI Syariah memberikan kemudahan tambahan biaya agar kami bisa merampung kan pembangunan hingga akhir.

Ya Allah, diantara ujian demi ujian itu yang Kau berikan memberikan arti yang maha besar bagi kami bahwa sebuah perjuangan itu indah jika kita bisa melampaui dengan bijaksana dan ikhlas.

Kini Lenterahati Islamic Boarding School menjadi sekolah unggulan dan sekolah percontohan nasional bidang karakter. Allah tak mungkin memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan hambaNya.

InsyAllah perjalanan panjang ini akan membuahkan hasil gemilang mencetak generasi melenia dan post modern yang sholeh/sholeha, cerdas dan bermanfaat bagi agama dan bangsa dan tetap taat pada orangtua.

InsyAllah, generasi cerrdas dan Hafidz yang dicetak di Lenterahati Islamic Boarding School akan menjadi pemimpin bangsa ini 20 tahun kedepan. Amin

Amin.

Aba Muazar Habibi

One thought on “Perjalanan dan Ujian Mendirikan Sekolah”
  1. Assalamualaikum bapak. Saya juga akan mendirikan sekolah, mau tanya mengenai perijinannya bagaimana ya pak? Terimakasih

Tinggalkan Balasan