LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Loading

Persoalan Pernikahan Zaman Melenial.

Persoalan Pernikahan Zaman Melenial.

Persoalan Pernikahan Zaman Melenial.

Abah Ust. MA Muazar Habibi, Psikolog (Children and Family Therapy)
Pengasuh Lenterahati Islamic Boarding School Nusa Tenggara Barat

Pernikahan zaman sekarang berbeda jauh dengan zaman-zaman dahulu, pernikahan zaman sekarang memasuki babak baru sejarah yaitu pernikahan melenial.

Zaman sekarang, peran istri telah bergeser. Bila pada generasi baby boomer (kelahiran 1940-1960) peran istri murni urusan domestik, di era generasi X (1960-1980), sebagian istri di rumah dan sebagian lainnya bekerja, sedangkan Istri generasi Y (1980-2000), generasi rumah tangga yaitu peran istri generasi Z (2001 – 2010) mayoritas bekerja, baik dari rumah ataupun kantoran, sedangkan generasi keluarga sekarang adalah istri memasuki babak baru istri zaman melenial yang nanti akan berakhir pada masa zaman post modern, entah kapan.

Istri zaman melenial karakternya ingin bisa melakukan semua: bekerja, bersenang-senang, bersosialisasi (menjadi sosialita), dan mengasuh anak dalam satu waktu,” hal ini saat ini sudah sangat mengejala, kehidupan keluarga lebih didominasi oleh peran istri yang ingin semua serba bisa melakukannya tanpa bantuan dari suami.

Memang cukup membantu dalam urusan perekonomian keluarga, namun sisi lain tentu juga akan berdampak pada pola interaksi antara suami dan istri

Istri sekarang pun dituntut untuk multitasking. Tidak hanya mengurus anak dan keluarga tapi juga mencari uang, berkarir, tanpa melupakan peran untuk menyenangkan suami. Semua kesibukan ini kadang membuat istri terjebak, mana yang harus diprioritaskan.

Kadang kala hal ini yang menyebabkan adanya pola psikologis yang istri yang berubah kurang fokus dan labil karena harus memilih prioritasnya mana yang lebih diutamakan untuk anak, suami, karir, atau kehidupan sosialita hingga menjadi delama dalam kehidupannya yang akhirnya berdampak pada hubungan suami istri dan muncul pikiran suami entah nomor berapa harus di prioritaskan.

Padahal, hubungan harmonis dengan suami menjadi kunci utama bagaimana mempertahankan pernikahan tetap hangat hingga maut memisahkan. Melihat perkembangan strata dan grade zaman pernikahan pada masa melenial ini saya mengkatagorikan ada tiga tantangan yang dihadapi pasangan suami istri pada masa melenial ini, yaitu:

Pertama, Komunikasi: Smartphone memang kini sulit sekali dilepaskan dari pandangan kita, termasuk di tempat tidur. Alhasil komunikasi dengan suami pun terbilang jarang. Padahal, face to face saat berbicara sangat dibutuhkan agar hubungan tetap harmonis. Kadang kala komunikasi bisa dilakukan secara langsung namun banyak pasangan justru memilih smartphone sebagai penyambung lidah dan fenomena yang terjadi adalah banyak pasangan yang terbiasa memegang gawai smartphone 24 jam, bahkan saat sedang di tempat tidur bersama suami. Bukannya, ngobrol tentang kehidupan atau aktivitas, ini justru malah main smartphone dan baik untuk kebutuhan bisnis online yang mengejala atau sekedar guyon dengan teman sosialita di WAG.

Alhasil komunikasi yang harusnya bisa nyaman justru terbengkalai dan kaku depan pasangan karena masing-masing dari bangun tidur sampai tidur lagi teman curhat dan hiburan ada di smartphone yang seharusnya pasanganlah menjadi satu-satunya hiburan hati dan teman curhat sejati.

Kedua, Ekspektasi dalam pernikahan, Kadang kala kita melihat pernikahan begitu indah di sosial media, yang membuat muncul rasa ingin pernikahan seperti itu. Alhasil kita jadi membandingkan pernikahan kita dan berpikir jika pasangan kita tidak sebaik pasangan lain. Di sosial media orang posting pernikahan bahagia terus, kompak banget. Ketika kita melihatnya justru kita jadi membandingkan hubungan kita. Dari yang tadinya hubungan baik-baik saja, tapi pas melihat sosial media jadi ada masalah karena kita ingin pernikahan seperti orang lain,”

Padahal apa yang di lihat dilihat dimedia sosial pansangan yang begitu menunjukkan kemesraannya di media sosial belum tentu juga sebahagia yang ia rasakan. Kadang kala rumput tetangga lebih dianggap hijau dari rumput yang tumbuh di pekarangan. Dan akibatnya adalah menuntut pasangan seperti apa yang dilihat dan dibaca di sosial media serta cerita seru keluarga bahagia di WAG yang diikuti.

Yang harus diperhatikan adalah, tiap keluarga punya seni untuk mengepresikan cinta dan kasih sayangnya, kita tak bisa copy paste dari keluarga lainnya apa lagi yang hanya kita lihat di media sosial.

Ketigan Minimnya waktu berkualitas, Hal ini kerap menjadi batu sandungan dalam pernikahan zaman sekarang adalah ketika bertemu justru yang dibicarakan pekerjaan atau keluarga. Bukan membicarakan tentang rasa berdua. Jadi jarang sekali ngomong dari hati ke hati, padahal berbicara dari hati ke hati ada waktu seperti saat ingin tidur. Tapi sekarang saat mau tidur justru sibuk masing-masing dengan smartphonennya, akhirnya tidak ada waktu yang berkualitas lagi. Padahal waktu yang tepat untuk saling curhat adalah saat badan ingin merebahkan diri di tempat tidur dibarengi dengan belaian mesra sebelum memulai ritual hubungan suami istri itulah waktu yang tepat untuk saling curhat atau lebih tepat adalah sesegera setelah hubungan seksual selesai dilaksanakan saat rileksasi adalah waktu yang pas untuk saling mengemukakan apa yang ada dalam isi hati masing-masing.

Bila tiga hal diatas tidak bisa diatasi oleh keluarga melenial maka ini menjadi penyebab naiknya tren perceraian, angka kisaran perceraian pada 5-10 tahun terakhir ini naik 15-20% dari masa priode Zaman Z dan tentu ini akan berakibat pula pada perkembangan anak-anak akibat perceraian maka tak heran kasus kenakalan anak juga meningkat secara drastis pada masa 5-10 tahun terakhir ini seiring dengan tran persoalan keluarga melenial.

Semoga betmanfaat.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca