Mendidik Bukan Menyalahkan

Oleh : MA. Muazar Habibi

Pada intinya peroses pendidikan yang dilakukan oleh para pendidik baik guru, orang tua atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam pendidikan harus mewujudkan tiga hal : Pertama adalah terwujudnya perubahan kearah yang lebih baik, Kedua terbentuknya rasa tanggung jawab pada seseorang, Ketiga memberikan pemahaman tentang kondisi yang akan dihadapi pada sa’at ini dan masa yang akan datang.

Pendidikan harus mampu merubah seseorang kearah yang lebih baik, dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah affektif dan ranah psikomotorik. Dalam konsep Islam harus mampu menjadi lebih baik dalam tiga hal yaitu, kemampuan Sepiritual, Intlektual dan Moral, atau kemampuan lahir dan bathien. Seseorang akan dianggap berpendidikan apabila semua kompetensi itu bisa berubah ke arah yang lebih baik, spiritualitasnya, intlektualitasnya dan moralitasnya. Didalam prilaku sehari-hari akan menunjukkan kekhusu’aannya dalam keyakinan agama yang dianutnya, lebih cerdas menyelesaikan masalah, banyak menguasai informasi dan pengetahuan, adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudaya, punya budi pekerti yang luhur, tidak sombong, jujur, punya kometmen terhadap pekerjaan, dan selalu berprilaku positif.

Pendidikan harus mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab (sence of responsibelity) pada seseorang, memahamkan pentingnya melakukan sesuatu dengan sebaik-baik mungkin, menghargai orang lain, dirinya sendiri, serta siap bertanggung jawab tehadap dirinya sendiri, keluarganya, lingkungannya dan semua konsekwensi yang menimpa dirinya. Berani mengahdapi masalah, berusaha menyelesaikannya dengan baik, tidak putus asa, dan selalu berpikir optimis dalam menghadapi persoalan hidup.

Pendidikan harus memahamkan dan menginformasikan kondisi yang akan dihadapi sekarang dan kondisi yang akan dihadapi dimasa depan. Seorang yang terdidik akan mampu mengantisipasi kemungkinan yang akan dihadapi, mengambil keputusan dengan benar, dan mampu mencari jalan keluar dari kondisi yang tidak menguntungkan bagi dirinya, membekalinya dengan kemampuan-kemampuan yang kelak bermamfa’at bagi kehidupan mereka.

Dalam rangka mencapai tiga hal tersebut diatas perlu dilakukan beberapa hal, sebagai peroses mencapai pendidikan yang membahagiakan.

1. Memberikan Contoh yang Baik.

Memberikan contoh secara langsung dengan sifat- sifat yang baik adalah metode efektif merubah prilaku ke arah yang diinginkan,dan lebih baik.

2. Menciptakan Kebiasaan Baik.

Prilaku yang baik tidak akan terlahir begitu saja tanpa usaha yang terus menerus dan berulang-ulang. Pengulangan yang dilakukan terus menerus akan menjadi prilaku yang cenderung menetap. Inilah kebiasaan.

3. Menciptakan Kondisi yang Relevan.

Kondisi yang baik akan mendukung terbentuknya prilaku yang lebih baik, tanpa kondisi yang baik dan sesuai dengan objek didik akan terasa berat membangun kesadaran, tanggung jawab, dan memberikan pemahaman yang benar tentang nilai-nilai yang baik.

4. Melakukan Komunikasi.

Komunikasi adalah alat untuk menyampaikan nilai-nilai baik kepada peserta didik. Komunikasi bisa dilakukan dengan satu rah, berupa doktrin, taushiyah, pringatan yang baik, dan pengajaran yang akan mempengaruhi cara berpikir dan prilaku. Atau bisa juga dengan komunikasi dua arah, seperti berdialog, sharing, berdiskusi, bermusyawarah atau dengan perbincangan yang melibatkan banyak orang langsung.

5. Melakukan Kontrol dan Pengawasan.

Semua aktifitas pendidikan yang sudah dilakukan harus selalu dikontrol dan dievaluasi, dari sistem yang dijalankan, prilaku peserta didik, hingga perangkat yang mendukung program pendidikan.

6. Memberikan Sanksi bagi yang melanggar sistem.

Sanksi harus konsisten diberikan kepada peserta didik yang melanggar sistem dan aturan yang telah disepakati bersama. Hal ini akan melatih peserta didik agar selalu mempunyai disiplin diri yang baik. dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap semua yang dilakukannya.

7. Memberikan Hadiah.

Selaian sanksi yang diberikan kepada yang melanggar aturan, hadiah juga akan menjadi motivasi yang efektif untuk mendorong terciptanya kesadaran dan tangung jawab seseorang.

Model pendekatan tersebut diatas agar berjalan efektif, seyogyanya mengacu kepada klasifikasi perkembangan psikologis masing-masing peserta didik. Karena masing-masing akan sangat tergantung kepada kesiapan psikologis dan psikis. Ali Ra. membagi klasifikasi itu ke dalam tiga priode perkembangan, 1. Priode bermain, terjadai sampai usia 7 tahun. 2. Priode pewarnaan, terjadi apada usia 7 tahun hingga 14 ahun. 3. Priode pendampingan, terjadi pada usia 14 tahun keatas.

Masing-masing klasipikasi dan priode perkemabangan akan membedakan model dan metode pendekatan kepada objek didik. Pada priode 0 tahun sampai 7 tahun. Pada priode ini, metode bermain yang menyenangkan, tidak menekan, memberikan kesempatan yang seluas-lusanya untuk berexplorasi, memberikan ruang untuk mengexpresikan diri bagi anak, adalah metode yang tepat dilakukan.

Berbeda pada priode 7 sampai 14 tahun, dimana pada priode ini adalah masa pembentukan dan pewarnaan dengan nilai-nilai baik. Metode pengkondisian, memberikan lingkungan yang aman, nyaman dan sikap disiplin adalah cara yang tepat. Pada sa’at inilah anak-anak akan banyak melakukan expriment terhadap pengatahuan dan informasi yang didapat. Baik dari buku bacaan, tontotan TV, kawan sepermainan, guru di sekolah, atau hal-hal yang didapatkan diperjalanan, kedalam prilaku mereka. Tanpa berpikir apakah hal itu baik atau tidak. Disinilah peran orang tua dan para pendidik menciptakan kondisi yang relevan bagi pertumbuhan mereka.

Pada priode 17 tahun dan sterusnya, adalah waktu yang baik untuk mengajarkan kepada anak mandiri, mengambil keputusan dan melatih mereka melakukan sesuatu dengan kesadarannya sendiri. Orang tua dan pendidik tidak diperkenankan mencampuri urusan mereka terlalu dalam, kecuali hal-hal yang dianggap membahayakan dan melanggar norma agama. Orang tua berperan sebagai pendamping bagi mereka dan pengarah bagi aktifitas mereka. Sehingga diharapkan pada priode ini peserta didik belajar dengan pola-pola hidup real.

Priodesisasi perkembangan psikologis tersebut di atas adalah salah satu yang bisa kita jadikan acuan dalam melakukan peroses pendidikan. Sebenarnya masih banyak lagi priodesisi perkembangan psikologis yang di samapaikan oleh para ahli. Tidak ada salahnya bagi kita untuk merujuknya agar semakin efektif peroses yang kita lakukan. Prinsipnya semua katagori yang kita berikan harus sesuai dengan potensi dan kondisi terakhir peserta didik. Karena hal ini yang akan menggambarkan kondisi dan potensi yang bisa dikembangkan sesuai degan harapan, dirinya, orang tua, dan masyarakat. Yaitu pendidikan yang membahagiakan, bukan pendidikan yang menciptakann masalah baru dalam kehidupan mereka kelak.

Abah Muazar Habibi

Pengasuh Pesantren Lenterahati Islamic Boarding

Tinggalkan Balasan