Qurban; bukan hanya kisah Ibrahim dan Ismail!

Oleh : MA. Muazar Habibi

Sering kali yang diceritakan dalam khutbah idhul adha dan banyak tulisan menjelang idhul adha adalah tentang ketaatan Ismail dan ketaawaan Ibrahim?

Kenapa Hajar jarang tersebut dalam cerita, bahkan banyak pengkhutbah jarang menceritakan bahwa qurban ini bukan tentang Ismail, Ibrahim atau Hajar? Namun ini adalah kesatuan dalam sebuah rumah tangga.

Kesatuan dalam rumah tangga yang menghasilkan seorang Ismail yang begitu taat bukan hanya kepada Allah namun kepada orangtuanya Ibrahim. Apalah ini karena Ibrahim adalah Rasul sehingga Ismail begitu taat?

Dibalik itu ada peran pendidikan karakter yang ditanamkan oleh Hajar sejak Ismail dalam kandungan. Ia telah dilatih bersabar dalam ujian yang maha dahsyat di padang pasir tandus ditingal Ibrahim hanya berdua dengan Ismail dan Hajar.

Hajar telah menanamkan aqidah, ketauladanan dan kepribadian yang menyatu dalam karakter Ismail.

Tidak lama interaksi antara Ismail dan Ibrahim, namun Ismail begitu sayang dan patuh pada ayahnya padahal sejak kecil telah berpisah dari Ibrahim namun karena didikan cinta kasih dari Hajar maka tertanam sebuah ikatan batin antara anak dan ayah walau berpisah lama.

Qurban bukan hanya ansih tentang ketaqwaan, kegigihan dan keikhlasan namun qurban mengajarkan tentang makna pentingnya pendidikan karakter dalam keluarga.

Peran seorang ibu adalah penentu bagaimana karakter dari anak-anaknya dan seorang ayah bukan dilihat dan kwantitas pertemuan dan kebersamaan dengan anak-anaknya namun yang lebih penting adalah kwalitas dari kebersamaan antara ayah dan anak karena akan menumbuhkan sikap percaya diri, tangguh dan taat.

Peran ibu adalah mengasuh dan mendidik sepenuh hati, agar tertanam keikhlasan dan kelembutan dalam hati seorang anak. Coba kita simak cerita Ismail, ia begitu ikhlas dan lembut ketika sang ayah Ibrahim menceritakan tengang mimpinya, Ismail menjawab “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shaaffaat: 99-111).

Ini adalah jawaban dengan kelemah lembutan dan keikhlasan yang di didik dari seorang ibu. Kemudian berangkatlah Ibrahim dan Ismail. Ismail tanpa ragu dan tabah serta gigih menghalau segala bujukan syaitan ini menandakan bahwa ia adalah anak yang tanggung dan tabah, ketangguhan dan ketabahan itu adalah muara pendidikan dan ajaran sang ayah Ibrahim.

Oleh itulah, jika kita meneledani qurban bukan hanya meneledani Ismail dan Ibrahim, tetapi meneladani bagaimana cara pendidikan karakter yang diajarkan Ibrahim dan Hajar hingga mampu menjadikan Ismail seorang anak yang patuh, taat, religius, penuh kasih sayang tanggung dan tabah.

Semoga setelah kita berqurban 1440 H ini, semakin menjadikan keluarga kita sebagai keluarga SAMARATA, sakinah, mawaddah, penuh rahmah dan tempat tarbiyah bagi anak-anak kita.

Amin.

Abah Muazar Habibi
Pengasuh Pesantren LENTERAHATI Islamic Boarding School

Tinggalkan Balasan