BAHAYA WHATSAPP GOUP

2 hari ini melelahkan secara mental karena harus berbagi sabar, tak cukup 1 kesabaran saja tetapi berlipat-lipat kesabaran.

Banyak orang terjebak dalam asyik masyuk bercengkrama berjam-jam di Whatsapp Group (WAG) dengan berbagai tema sesuai nama grup masing-masing nilai grup keluarga, grup pekerjaan, grup tetangga, grup seprofesi sampai grup alumni mulai SD sampai S1, S2 dan S3.

Dari penelitian yang saya sampaikan bahwa yang sepi justru WAG keluarga dan yang paling rame adalah WAG alumni dan WAG alumni yang paling rame pertama adalah S1 menyusul WAG alumni SMA.

Tiap hari rata-rata yang punya WAG menghabiskan waktu antara 8 – 10 jam/hari untuk bercengkrama di WAG utamanya WAG alumni.

Yang paling sepi diantara WAG adalah WAG keluarga, paling rame grup ini hanya ketika ada masalah di keluarga, keluarga menikah atau keluarga meninggal setelah itu tema-tema yang diangkat di WAG hanya sifatnya copas atau melanjutkan dari WAG lainnya.

Selain itu pada penelitian yang saya lakukan menemukan WAG yang rame tiap saat juga menemukan WAG yang paling rentan konflik.

Dimulai dari yang WAG dengan konflik yang paling sedikit adalah urutan
1. WAG keluarga
2. WAG kelas sekolah anak
3. WAG Profesi
4. WAG Alumni SD
5. WAG Alumni SMP
6. WAG komunitas ibu-ibu (arisan, majlis taklim dll)

Dan yang menyumbang konflik terbanyak adalah dengan urutan
1. WAG Alumni SMA
2. WAG Ormas
3. WAG Alumni S1 (Baik keorganisasian, atau 1 angkatan)

Sedangkan jenis-jenis konflik yang muncul adalah dari 3 penyumbang konflik terbanyak yaitu
1. WAG Alumni SMA (konflik yang terjadi biasanya masa lalu, ketersingungan dibicarakan pekerjaan sekarang, tersinggung dibicarakan masalah keluarga dan yang paling sering adalah konflik akibat masa lalu yang berhubungan dengan teman dekat/pacar)

2. WAG Ormas (konflik yang sering muncul adalah, ketidakpuasan pada majemen organisasi, ketidakpuasan akan hasil musyawarah, ketidakpuasan atas kepemimpinan dan yang paling runcing adalah ketidakpuasan akan pro dan kontra akibat hasil pemilihan pimpinan ormas)

3. WAG Alumni S1 (persoalan yang sering muncul adalah, ketersinggungan keberhasilan yang dicapai orang lain, ketersinggungan atas persoalan di S1 atau organisasi kemahasiswaan yang tidak tuntas kemudian diangkat kembali dan yang paling sering juga adalah kecemburuan dan yang menduduki masalah paling tinggi dalam konflik di WAG ini adalah adanya anggota yang merasa pendidikannya, pekerjaan, karir, jabatan dan karir yang lebih tinggi dari teman yang lain sehingga ia dalam grup selalu mendominasi dan akhirnya banyak yang memilih diam atau secara ekstrim keluar dan membuat grup baru)

Diantara persoalan dan konflik yang terjadi di WAG, 40% bisa diatasi dengan mendiasi, 30% berlanjut ke konflik nyata di dunia nyata, 20% tanpa penyelesaian.

Sedangkan masalah ini, yang unik adalah WAG komunitas ibu-ibu, WAG ini rame pada waktu-waktu tertentu dengan tema-tema yang tak substansial dan lebih banyak membicarakan masalah gaya hidup, tren baru, mode pakaian, menu dan masalah belanja online. Ramenya WAG ini justru terjadi di luar WAG ketika mereka bertemu dalam acara, hebohnya luar biasa karena pembicaraan di WAG dibawa ke pertemuan dan dipertemuan itu heboh bukan hanya pembicaraan namun juga gaya hidup yang di diskusikan di WAG.

Kembali kepada alinia pertama saya menulis bahwa hari-hari saya harus bersabar berlapis karena dari hasil penelitian saya diatas, ternyata saya mengalami sendiri “terkena fitnah tanpa dasar yang disebabkan ketidakdewasaan salah seorang anggota WAG menanggapi guyonan dan diskusi ilmiah saling memberi masukan, ujung-ujungnya tak terima dan menjadikan si adek ini menyerang pribadi.

Tadi malam saya sudah mencoba untuk tenang, namun kemudian dia membuat ulah dan akhirnya saya laporkan ke Polda NTB walau akhirnya bisa berakhir dia minta maaf.

Itu salah satu konflik yang muncul di WAG, belum lagi banyak kasus terjadi diantara 40% masalah di WAG yang dibawah ke dunia nyata, 20% nya adalah masalah “nostalgia masa lalu yang terbawa ke WAG, dan akhirnya dari 20% masalah keluarga itu 3%nya berujung pada perceraian. Naudzubillah.

Dan sebagai garis bawah adalah WAG ini juga 70% utamanya dari WAG emak-emak membawa perubahan gaya hidup dan persaingan di dunia nyata.

Kita ambil hikmanya dari media yang kita lakukan karena apa yang kita tulis di WAG kadang tak mencerminkan pikiran kita dan karena media tulis itu terbatas maka WAG bukan tempat diskusi yang telat tetapi hanya forum silaturrahim dan menjaga ikatan antar anggota WAG saja.

Semoga manfaat.

Abah Muazar Habibi, Psikolog
Pengasuh Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School dan Dosen FKIP Universitas Mataram.

Tinggalkan Balasan