Kesan Untuk Lulusan Pertama Lenterahati Islamic Boarding School

Tidak terasa, butiran air mata ini meleh pada bulan-bulan ini. Apalagi saat ramadhan seperti ini yang mendengar hiruk pikuk, canda, tawa dan kadang-kadang keributan antar teman. Seolah baru kemarin ananda kelas VI yang ternyata bulan ini adalah bulan dimana perpisahan harus terjadi.

Saya masih ingat sekali bagaimana dulu kelas VI ini adalah perintis, ada yang bersama kami sejak usia 6 bulan, ada yang mulai KB, TK dan ada yang mulai dari kelas I SD. Semua tergambar masa-mas indah disekolah lama bersama mereka. Kedetakan itu sangat terasa, tiba-tiba terhenyak mereka sudah kelas VI dan akan berpisah dimana dulu mereka didik, diberikan perhatian seperti layaknya anak sendiri. Tetapi itulah proses, walau hati ini terasa berat karena mereka adalah angkatan pertama SD Lenterahati Islamic Boarding School (LHIBS) yang telah banyak memberikan memori indah berkembangnya LHIBS seperti saat ini.

Terlebih untuk kelas IX SMP Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School yang memiliki banyak cerita mengharu biru, mulai dari kepercayaan walisantri yang luar biasa karena gedung belum jadi, ananda kami kontrakkan di ruko dengan berdesak-desakan untuk tidur, antrian mandi dengan kondisi yang memprihatinkan ditambah dengan musibah gempa yang dahsyat tetapi tak mengubah pendirian walisantri dan ananda santri kelas IX hingga pada akhirnya dibulan Juni 2021 ini harus ada sayonara dan itu berat untuk saya ungkapkan karena mereka sudah 3 tahun hidup satu atap dengan saya, ummi dan kakak Aad dan Adek Aam yang semua ananda sudah menyatu sebagai bagian keluarga dan sudah saya anggap sebagai anak sendiri.

Masih sangat teringat bagaimana saat gempa, kami sekelurga tidak ada di Pesantren. Kami harus berjam-jam menerobos kemacetan lalu lintas, cemas dan campur aduk memikirkan ananda di Pesantren. Saya telp ke semua asatidz tetapi tak satupun dapat terhubung, begitu di Pesantren sudah saya temukan kosong. Betapa sedih, air mata kami tak tertahan. Kemana para ananda ini? Kemudian tenggah hari Bunda Yuli baru bisa dihubungi ternyata ananda diungsikan di saudaranya bunda Yuli yang juga walisantri.

Plog rasanya, namun begitu melihat ananda dengan wajah-wajah polos penuh kecemasan, saya coba telp satu-satu walisantri untuk menjemput ananda, dan ternyata yang dari Sumbawa tidak bisa pulang maka saya angkut ananda Egib, Habib dan Alif ke rumah. Saya ajak untuk ikut bermukim dan membantu mendistibusikan bantuan, malam-malam terdengar isakan tangis dari ananda. Kami peluk mereka dan temani tidur, karena kami juga ingat Kakak Aad yang ada jauh di Jawa, tentu juga merasakan kekhawatiran yang sama dan rasa rindu keluarga.

Itu semua adalah catatan sedih tetapi membahagiakan, ternyata ananda kelas XI ini sebagai angkatan pertama SMP Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School menjadi santri tangguh dan banyak prestasi yang telah disumbangkan ananda selama 3 tahun ini.

Walaupun sedih berpisah, saya dan umminya punya banyak kenangan indah bursama ananda. Maka kenangan indah itu yang akan selalu kami kenang untuk mengingat ananda angkatan pertama dan doa kami untuk ananda kelas VI dan IX angkatan pertama lulusan Lenterahati Islamic Boarding School agar kelak menjadi insan yang cerdas, sholeh/sholeha, bermanfaat bagi agama bangsa dan negara, Amin.

Abah Muazar Habibi dan Ummi Dina Nurlaily

Tinggalkan Balasan