SALAH KAPRAH MELARANG UCAPAN JANGAN PADA ANAK.
Sering kali pembicara seminar tentang anak atau parenting menekankan dan berulang-ulang mengemukakan tidak boleh mengucapkan kata JANGAN kepada anak karena itu berkonotasi dan berimplikasi negatif kepada perkembangan anak.
Ya, sebagian orangtua telah “termakan” doktrin itu sehingga hampir dipastikan ketika orangtua pulang dari seminar parenting mencoba untuk mencari padanan kata JANGAN ketika melarang anaknya melalukan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh orangtua atau membahayakan anak atau bahkan perilaku yang dianggap kurang sesuai.
Kemudian justru “membingungkan” anak, apakah orangtuanya tadi melarangnya, menganjurkannya atau bahkan memperbolehkannya karena sulitnya orangtua mencari padanan kata JANGAN ketika melarang anak berbuat sesuatu dan akibatnya justru anak tidak menuruti apa yang dikatakan oleh orangtuanya bukan karena membangkang namun sulit memahami ucapan orangtua.
Seperti contoh, ketika anak tidak mau mandi karena ia lebih happy main game dan tak lepas dari gadgetnya. Kemudian karena orangtua sudah terlanjur percaya dengan tidak boleh mengucapkan JANGAN, ia mencari padanan kata yang dianggap mewakili kata JANGAN. “Nak, tidak boleh ya main HP terus, harus mandi! Kalau tidak mandi ibu akan ambil HPnya?”
Apakah anak usia 4-6 tahun paham dengan kalimat itu? Perkembangan kognitif anak belum sampai ke rana mencerna larangan JANGAN dengan kata TIDAK BOLEH, karena beranggapan bahwa kalau tidak boleh itu sama artinya BOLEH DITUNDA. Dan jangan heran ketika orangtua mengatakan hal ini anak tak segera beranjak untuk bangun dari tempat duduknya lantas melakukan yang diminta oleh orangtuanya, justru anak akan menjawab “Sebentar dulu ma, lagi asyik ini”. Apakah anak yang salah?
Penggunaan kata JANGAN adalah anjuran Allah saat mendidik anak-anak kita, hal ini diajarkan dalam Surat Luqman ayat 13.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَيَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar”.
Dalam ayat diatas jelaskan ada dua frase dalam ayat diatas yaitu :
Frase pertama tentang pendidikan atau pelajaran yang diberikan oleh Luqman kepada anaknya. Ayat ini dimaknai bahwa ucapan larangan DENGAN KATA JANGAN, pada frase berikutnya adalah dalam proses saat Luqman melakukan dialog dengan anaknya saat memberikan pelajaran pada anaknya tentang keTauhidan.
وَإِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ
(Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya)
Frase kedua, yaitu ucapan JANGAN yang disampaikan oleh Luqman kepada anaknya saat Lukman memberikan penegasan dalam proses pembelajaran kepada anaknya tentang keesaan Allah Ta’ala.
يٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِاللهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
(“Hai anakku, JANGANLAH kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
Secara ilmu Parenting lantas kita bertanya, kenapa Luqman tidak menggunakan kata TIDAK BOLEH tetapi menggunakan kata JANGAN ketika memberikan pelajaran tentang ketahidan kepada putranya.
Hal yang perlu saya sampaikan agar para orangtua dan guru tidak menghilangkan KATA JANGAN saat mendidik anak-anak baik dirumah dan disekolah adalah sebagai berikut:
Pertama, kata JANGAN itu tetap dibutuhkan untuk memberikan penegasan kepada anak pada larangan-larangan yang sifatnya aqidah, tauhid, akhlaq dan yang berhubungan dengan perilaku religius seorang anak. Ketika orangtua melarang anaknya telat sholat, tentu bukan kalimat seperti ini “Nak ayo sana segera sholat, tidak boleh tidak telat ya? Sholat itu harus tepat waktu” apakah anak paham? Bisa jadi paham, bisa jadi terjadi kerancuan pola fikir antara boleh atau tidak boleh. Maka hal ini perlu penegasan dengan kalimat “Anak ayo segera sholat, JANGAN sampai telat sholatnya ya, sholat itu harus tepat waktu”. Maka anak akan paham bahwa itu penegasan yang harus (wajib) dilakukan.
Kedua, Menurut Piaget perkembangan kognitif anak sangatlah berfariatif dimulai dari usia 0 tahun dan ini dipengaruhi oleh konsepsi kemampuan berfikirnya. Untuk komunikasi dengan anak biasanya efektif yang berkenaan dengan aturan dimulai usia 2 tahun karena masa usia ini anak pada tahap preoperasional (umur 2 – 7/8 tahun) : Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 – 7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Sehingga penggunaan bahasa tidak bisa secara abtrak disampaikan kepada anak, tetapi harus tegas dan dimengerti sehingga anak paham mana larangan yang benar-benar larangan yang berhubungan dengan aqidah, akhlaq (moral), peribadatan atau keagamaan dengan larangan yang sifatnya itu adalah pembiasaan seperti tidur tepat waktu, belajar tepat waktu dan yang sifatnya hubudiah, muamalah atau hubungan dengan manusia.
Untuk yang komunikasi kepada anak yang berhubungan dengan habluminallah yang bersifat larangan maka kata JANGAN akan lebih baik digunakan karena itu memberikan penekakan kepada anak sedangkan ketika kegiatan yang sifatnya hubudiah, muamalah dan habluminnas maka orangtua ketika melarang anaknya bisa menggunakan kata penganti JANGAN, seperti TIDAK BOLEH, BUKAN BEGITU dan sebagainya.
Namun ketika kita berkomunikasi dengan anak-anak yang usianya 7 – 12 tahun dimana seorang anak telah memiliki tahap kognitif operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun). Maka penggunaan kata JANGAN tidak perlu lagi diganti dengan kata sepadan karena anak sudag paham tentang aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sesuai dengan perkembangan kognitifnya tentu akan berbeda dengan proses belajar . Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Orangtua dan Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam melakukan komunikasi dengan anak bukan malah sibuk mencari kata sepadan penganti JANGAN namun bisa menematkan kapan harus berkata JANGAN kepada anak-anak dan kapan harus menganti kata JANGAN dengan kata sepadan lainnya.
Maka “katakan JANGAN pada anak karena itulah cara Allah memberikan pengajaran kepada anak melalui contoh dari pembelajaran Luqman kepada anaknya.
Semoga bermanfaat.
Abah Muazar Habibi Psikolog
Mudir ‘Am Pesantren Lenterahati Islamic Boading School
081220021219