
Ada ayah yang bisa menjadi ayah biologis tetapi tidak bisa menjadi ayah psikologis. Demikian juga dengan ibu, ia mampu melahirkan anaknya sebagai ibu biologis tetapi tidak mampu menjadi ibu psikologis.
Banyak anggapan bahwa ya, jadi ayah cukup hanya memberikan nafkah, mengantarkan ke sekolah, membelikan pulsa dan paket data. Itu sudah dianggap cukup, padahal ketika anak lahir yang harus memperdengarkan kalimat thoyibah, asma Allah dan kalamullah atau adzan adalah sang ayah.
Ayah menjadi faktor penentu bagaimana kepribadian anaknya kelak. Anak perempuan akan sangat mengidolakan pasangannya kelak seperti ayahnya ketika ayahnya memberikan perhatian, pelukan saat anak perempuannya butuh sandaran ketika ada masalah, seorang ayah hadir saat anak perempuannya sakit masa menstruasi dan ayah hadir saat ia curhat bagaimana profile suaminya kelak.
Maka ayah demikian akan dirindukan seorang anak perempuan agar kelak jodohnya paling tidak sebijak dan sesayang ayahnya.
Bagi anak laki-laki, sosok ayah adalah figur idola. Figur yang tegas tetapi penuh perhatian dan kasih sayang, saat ayah marah pada anak laki-lakinya akan diberikan solusi setelahnya. Saat ayahnya bekerja, anak laki-laki di ajak terlibat, saat anak laki-laki butuh perhatian karena mungkin tak ada teman, ayah datang sebagai teman dan sahabat curhat anak laki-lakinya.
Maka kelak ketika anak laki-laki di asuh oleh ayah demikian, tak akan mungkin terlupakan memori indah tengah sosok gagah, tegas dan penuh kasih sayang dari seorang ayah.
Bagi seorang ibu, bukan hanya melahirkan, menyusui, mengasuh tetapi tauladan dan pendidik pertama adalah seorang ibu.
Anak laki-laki akan sangat dekat dengan seorang ibu, mana kala ibu mempu menjadi partnet cerita, parnet curhat dan tempat berkeluh kesah anak laki-lakinya. Jika ibu memberikan tanggapan kasih sayang saat melihat anak laki-lakinya badmood dan kelihatan ada masalah. Maka itu sama dengan memberikan sejuta makna untuk mencari solusi bagi anak laki-laki.
Ibu seperti ini menjadi harapan bagi anak laki-lakinya kelak untuk memberikan didikan kepada istri dan anak perempuannya untuk seperti sosok ibunya
Bagi anak perempuan, ibu adalah segala-galanya. Tak ada satupun yang terlewat untuk di tiru, tak ada kata-kata satupun yang akan dilupakan. Maka seorang ibu bagi anak perempuannya adalah guru pertama yang apapun yang dilihat, didengar dan di perhatikan dari seorang ibu akan melekat pada ingatan seorang anak perempuannya
Jika perilaku ibunya baik, penuh perhatian, memberikan kesempatan anak perempuan untuk meniru apa yang dilakukan dan dilibatkan aktif dalam semua kegiatan dengan ajakan yang lemah lembut, maka percayalah wahai seorang ibu. Ilmu dan pengalaman yang diperoleh kelak akan dengan bangga di praktekkan ke suami dan anak-anak oleh seorang anak perempuan yang kelak menjadi istri dan ibu.
Oleh:
Abah Muazar Habibi
Mudirul ‘Aam Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School