
USIA BERAPA IDEAL MASUK PESANTREN?
Pesantren banyak yang terpadu dengan pendidikan sekolah formal, seperti TK, SD, SMP, dan SMA yang mana kurikulum di dalamnya juga mengikuti perkembangan kurikulum sekolah formal pada umumnya.
“Saat ini pesantren semakin maju, selain adanya pendidikan agama dan sekolah umum, banyak pesantren menyediakan fasilitas dan ekstrakurikuler yang beragam. Bahkan kadang lebih lengkap dari sekolah umum negeri.”
Maka dari itu, saat ini banyak yang tertarik untuk menimba ilmu di tempat pendidikan satu ini.
Banyak orang tua yang memilih untuk memasukkan anaknya ke pesantren dengan harapan agar selain sekolah umum, anak mereka bisa belajar agama dan mengamalkan nilai-nilainya. Dan ini merupakan langkah yang tepat.
Lalu usia berapa anak ideal masuk pesantren
Idealnya, anak yang sudah bisa Anda masukkan ke pesantren adalah yang sudah baligh, yaitu saat anak memasuki SMP atau lulus SD karena anak yang belum baligh alias usia anak-anak masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya.
Apabila menggunakan angka, maka batas usia masuk pesantren adalah berusia di atas 12 tahun, atau usia SMP. Namun, hal ini juga tergantung dari kesiapan anak sendiri.
Kenapa harus lulus SD
Mungkin secara emosional, orang tua masih berat melepaskan anaknya yang baru beranjak remaja atau baru lulus SD masuk pesantren. Pertimbangan kasihan lebih banyak menjadi penghambat orangtua memasukkan anak setelah lulus SD masuk pesantren. Padahal justru pada masa pertumbuhan emosional, sosial dan masa memasuki remaja ini adalah waktu yang tepat anak masuk pesantren.
Dimana pada sisi perkembangan, yang memasuki masa puber banyak sekali persoalan dan menjadi usia yang sangat menentukan pada periode usia mendatang.
Pada masa perubahan dari anak ke remaja ini, emosi dan sosial anak sanggat rentan mengikuti apa yang dilihat, didengar dan di rasakan sehingga perlu benteng agama yang kuat agar anak memiliki jati diri dan filter untuk menguatkan masa depannya.
Jangan takut sebagai orangtua melepaskan anak lulus SD masuk ke pesantren karena justru akan memudahkan orangtua mengontrol aktivitas anak ke arah yang lebih baik dari pada pada sekolah umum. Karena keterbatasan orangtua untuk mengawasi anak bergaul dengan siapa, bermain kemana dan banyak hal yang berdampak pada perkembangan anak yang tidak bisa terpantau seperti halnya di pesantren.
Apakah ada efeknya masuk pesantren saat lulus SD?
Tentu saja, setiap keputusan apapun ada efek positif dan negatif. Efek positifnya seperti yang abah tulis diatas, sedangkan efek negatifnya adalah jika orang tua tidak bisa move on dengan berpisah dengan anaknya atau orangtua tidak tega anaknya jauh di pesantren dengan ketakutan yang berlebih akan kesehatan anak, makanan anak atau lain-lain justru efeknya adalah anak akan ikut tidak merasa betah.
Selain itu, “mondokkan” anak lulus SD akan ada efek negatif bila pesantren yang di pilih ternyata ada kekerasan, tidak kooperatif kepada orangtua, tertutup dan orangtua dibatasi akses untuk mengetahui perkembangan anaknya. Maka ini akan sangat berdampak pada perkembangan anak selanjutnya, apalagi jika anak mengalami trauma karena bully atau kekerasan oleh kakak kelasnya bahkan oleh ustadz dan ustdzahnya.
Bagaimana jika masuk pesantren setelah lulus SMP.
Anak yang lulus SMP adalah sudah terbentuk secara psikologis, sosial dan emosional bahkan sudah terbentuk kepribadiannya oleh lingkungan dan teman-temannya.
Tidak sedikit justru ketika anak lulus SMP masuk pesantren akan menjadi persoalan di pesantren karena membawa perilaku saat SMP yang sudah terinflitasi perilaku-perilaku negatif saat bergaul dengan teman-temannya di SMP dan juga terpengaruh lingkungan terbawa di pesantren.
Bukan hanya hal diatas saja, namun kadang kala orangtua menganggap bahwa pesantren adalah “bengkel mental dan agama”, maka ketika melihat anaknya saat SMP memiliki peringai dan kepribadian yang tidak baik karena faktor ikut gaya tren teman-temannya dan lingkungannya, jalan pintas adalah dimasukkan ke pesantren.
Jika masuk pesantren adalah kesadaran anak sendiri, tentu tidak banyak persoalan di pesantren. Paling tidak hanya masalah adaptasi saja, namun jika masuk pesantren karena paksaan orangtua dan menganggap bahwa dengan masuk pesantren anak akan berubah, maka inilah mula dari sebuah masalah.
Masalah akan terjadi di pesantren apakah anak anak mempengaruhi teman-temannya atau ia akan menjadi dan mencari masalah agar ia bisa keluar dari pesantren.
Maka jika memasukkan anak usia lulus SMP ke pesantren, orangtua harus benar-benar bisa meyakinkan anak bahwa pesantren adalah tempat terbaik untuk menuntut ilmu dan tentu juga untuk lebih baik dalam hal pergaulan, ibadah dan pengawasan.
Seberapa lama di pesantren?
Baiknya adalah sejak masuk SMP sampai lulus SMA. Kenapa? Karena jika hanya 3 tahun SMP saja di pesantren, maka kemungkinan begitu masuk SMA di luar pesantren apalagi di SMA non pesantren, anak masih labil secara emosional dan sosial, pergaulan di SMA jauh lebih membahayakan dibandingkan jika di SMP.
Lebih baik adalah masuk pesantren mulai sari SMP sampaikan SMA. Akan lebih baik jika SMP dan SMA pada tempat yang sama karena anak-anak tidak perlu sosialisasi dan adaptasi lagi dengan lingkungan dan sistem baru, namun jika pertimbangan bahwa agar anak lebih banyak wawasan dan adaptasi di luar maka masuk pesantren lainnya juga tidak masalah.
Maka paling tidak anak matang religius, sosial, emosional dan kepribadiannya adalah sekolah di pesantren sejak SMP sampai SMA.
Pertimbangan Sebelum Memasukkan Anak ke Pesantren
Selain faktor usia, berikut ini pertimbangan lain yang perlu dipikirkan sebelum memasukkan anak ke pesantren.
1. Kematangan Emosional dan Sosial
Setiap anak tentu berbeda-beda proses tumbuh kembangnya. Meskipun sudah memasuki usia baligh, belum tentu anak memiliki kematangan emosional dan sosial yang cukup untuk masuk pesantren.
Di pesantren anak perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan bersosialisasi dengan orang baru juga. Agar bisa beradaptasi lebih cepat, anak perlu kematangan emosional dan sosial, maka sebelum memasukkan anak ke pesantren, maka perlu orangtua mengajak anaknya untuk melihat kehidupan langsung dan lingkungan pesantren sehingga anak mampu memahami bagaimana hidup dipesantren, maka masuk ke pesantren bukan hanya pilihan orangtua namun juga kebutuhan anak.
2. Tingkat Kemandirian Dalam Belajar
Pada usia baligh, anak pastinya sudah memiliki kemampuan yang baik dalam belajar. Mereka sudah bisa menulis dan membaca sendiri, memahami materi dengan baik, dan mampu bertanya apabila ada hal yang kurang mereka mengerti.
Pesantren memberikan lingkungan pendidikan yang lebih terstruktur dan intensif., oleh karena itu, syarat anak masuk pesantren sudah harus memiliki kemandirian dalam belajar.
3. Motivasi dan Minat
Ini merupakan pertimbangan masuk pesantren berikutnya. Meskipun anak sudah memasuki usia baligh, belum tentu mereka memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk masuk ke pesantren.
Maka dari itu, tanyakan terlebih dahulu pendapat mereka tentang bersekolah di pesantren. Anak perlu diajak diskusi diceritakan bagaimana kehidupan pesantren, dilibatkan secara langsung untuk memilih pesantren mana yang cocok dan mengajak anak untuk mencari teman, kerabat atau tetangga yang sudah mondok dengan harapan anak memiliki gambaran kalau mondok itu apa saja yang perlu disiapkan dan bagaimana jika ada masalah.
4. Dukungan Keluarga
Selain kesiapan dari anak, kesiapan dari keluarga juga sama pentingnya. Dengan dukungan keluarga yang baik, maka anak akan menimba ilmu dengan lancar. Bentuk dukungan ini berupa finansial dan emosional.
Orangtua perlu mempersiapkan dana yang cukup anak selama ia ke pesantren. Selain itu, orangtya juga harus selalu menyemangati mereka agar anak betah di pesantren.
Selain itu jika sudah yakin menyekolahkan anak di pesantren, maka pasrahkan sepenuhnya dan percayakan pendidikan anak kepada pengurus pesantren.
Tidak perlu ragu dan takut akan apa yang terjadi di pesantren jika orangtua dan anak sebelum masukkan anaknya ke pesantren sudah tau profile pesantren tersebut.
Dan yang lebih penting “jangan ikut cengeng jika anak mengadukan ini dan itu tentang situasi pesantren, orangtua harus bijak cros cek dulu dengan para asatidz nya siapa tau itu hanya jalan anak ingin pulang karena tidak betah”.
Semoga manfaat.
Abah Muazar Habibi
Mudirul ‘Aam Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School