Saya setuju dengan pernyataan tersebut, anak nakal itu adalah hal wajar, namanya juga masih anak-anak. Mereka mencoba meng-explore dirinya dengan rasa penasaran yang ada dihatinya. Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Bagi mereka apapun yang mereka lakukan adalah benar.

Perilaku nakal bisa saja dilakukan anak-anak karena meniru seseorang disekitarnya, bisa jadi itu meniru kita sebagai orang tuanya. Atau mereka ingin diperhatikan oleh kita yang terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah, hingga mereka berinisiatif menarik perhatian kita dengan kenakalannya.

Nah sebagai orang tua, menjadi sabar dalam menghadapi kenakalan anak itu perlu kita terapkan sedini mungkin. Tidak dikit-dikit anak berbuat kesalahan kita main tangan dan omelan yang tak menyenangkan. 

Perlu kita ketahui bahwa anak sangatlah cerdas pola pikirnya, mereka diam-diam mempelajari pola perilaku kita sehari-hari. Terutama jika kita selalu mengunakan kekerasan disaat anak melakukan kesalahan, maka dia akan mengingat hal yang dia alami dan diterapkan saat dewasa nanti. Bisa jadi dia menerapkan perilaku kasar pada orang lain saat melakukan kesalahan. 

Kekerasan yang terlalu sering terhadap anak justru membuat anak menjadi semakin kebal, dia sudah terbiasa dengan sakit yang dia rasakan saat dipukul, juga dia akan kebal dengan omelan yang sering dia dengar. 

Sebagai orang tua, kita harus lebih sabar dan bijak dalam memahami cara mendisiplinkan yang baik dan benar, kita harus tau kapan waktu yang tepat dalam menasehati anak. Kita harus paham bagimana kita berbicara tegas namun tetap lembut. 

Terkadang kita juga harus cari tahu apa alasan dibalik anak melakukan kenakalan tersebut. Dengan menjaga komunikasi yang baik dengan menjadi tempat curhat bagi sang anak, mungkin dibalik kenakalan itu ada perhatian yang kurang dia dapatkan dari kita, mungkin juga anak tidak merasakan keadilan kasih sayang yang diberikan kepadanya.

Kita sebagai orang tua juga harus adil dalam memperhatikan anak. Terkadang kita hanya fokus tentang kenakalan anak saja, disaat anak melakukan hal baik, justru kita menganggapnya biasa-biasa saja.

Seharusnya kita juga harus lebih peka dan sesekali memberi penghargaan kepada anak saat dia melakukan hal baik. Sesekali kita memuji perbuatan baiknya walaupun hanya meletakkan buku maupun handuk pada tempatnya. Pasti anak akan senang saat mereka di puji dan dia akan terus mengulanginya lagi dengan senang hati.

Terkadang kita sebagai orang tua suka membanding-bandingkan kenakalan anak dengan kebaikan anak tetangga. Hindari hal semacam itu, sebab secara psykologis, kita sendiri saja tidak mau dibanding-bandingkan sama orang lain terlebih dibandingkan dengan mantan pacar, sama halnya dengan anak.

Tiap manusia mempunyai karakter dan sifat yang unik, jadi tidak ada gunanya kita membandingkan anak kita dengan anak orang lain. Selain berdampak rasa iri dan dengki dalam hati anak, juga rasa sayang anak akan berkurang terhadap kita.

Sebaiknya kita tidak perlu membanding-bandingkan dengan orang lain, apalagi memaksa dengan terburu-buru agar anak berubah menjadi lebih baik. Tidak ada perubahan yang instan, anak pun butuh waktu untuk merubah kenakalannya. Kita sebagai orang tua juga harus tetap mendukungnya tapi bukan berarti terus memaksanya untuk berubah. Perubahan itu butuh proses, dan tidak semua perubahan itu sesuai dengan keinginan kita.

Kita harus paham bahwa apa yang kita rasa benar dan baik menurut kita, tidak selalu baik bagi sang anak, biarkanlah sang anak yang memilih apa yang baik menurutnya untuk diubah. Kita sebagai orang tua cukup memperhatikannya dan mendukung seperlunya.

Dan terakhir, Kenakalan anak bisa jadi karena beberapa hal, anggap saja kenakalan tersebut sebagai bentuk cara anak mendapat perhatian kita. Atau kenakalan tersebut merupakan ujian kita sebagai orang tua yang baik. 

Diambil dari berbagai sumber

Allahu A’lam
Abah Muazar Habibi, Psikolog
Mudirul ‘Aam Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School

Tinggalkan Balasan