LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Loading

PESAN KEMATIAN DAN JANGAN MENYANGKAL KALAU INI ADALAH MUSIBAH!

PESAN KEMATIAN DAN JANGAN MENYANGKAL KALAU INI ADALAH MUSIBAH!

PESAN KEMATIAN DAN JANGAN MENYANGKAL KALAU INI ADALAH MUSIBAH!

Segala puji bagi Allah Subhanallahu wa ta’ala, kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa dan keburukan amal perbuatan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata yang tidak memiliki sekutu, dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Hari-hari ini betapa banyak kita melihat dan mambaca di WA kita dan media sosial, hampir tiap saat ada teman, teman dari teman, sehabat, keluarga dari keluarga bahkan ada saudara dan keluarga kita sendiri yang telah mendahului kita karena usianya telah dicukupkan oleh Allah hanya sampai saat ini.

Betapa jantung ini sering bertetak kencang, berdebar bahkan hampir tak kuasa untuk mengangkat telp jika malam-malam telp berbunyi, WA menyuarakan notifikasi bahkan di beranda media sosial yang kita miliki kita antara deg-degan ketika akan buka, sudah diliputi rasa cemas dan stress “jangan-jangan ada saudara, kerabat dan teman kita yang meninggal”.

Lantas kita, hampir menghardik C-19 ini sebagai sebuah mala petaka, penyebab kematian dan menyebabkan kesengsaraan karena ditinggal orang yang kita sayangi dan kenal baik. Bahkan tak jarang karena banyak alim ulama yang juga meninggal pada bulan-bulan ini yang begitu banyak, kita hubung-hubungkan dengan hal-hal kemurkaan Allah pada manusia dan dicabutnya ilmu dari bumi.

Ya, semua itu adalah kondisi normal dimana fase kecemasan ini dinamakan fase penyangkalan atau Denial adalah kondisi saat seseorang mengabaikan fakta yang terjadi di depan mata, terutama ketika situasi tak sesuai yang diharapkan. Namun bukan hanya sebagai bentuk pertahanan diri, arti denial juga berarti seseorang yang enggan mengakui sedang menghadapi hal buruk, Pada saat menyangkal, seseorang akan mengalami masa di mana tidak bisa mengakui situasi yang sulit, tidak mau menghadapi fakta dari sebuah masalah, mengecilkan konsekuensi dari masalah, dan sebagainya. Dalam jangka pendek, penyangkalan akan membantu seseorang untuk berpikir lebih logis. Namun, apabila dilanjutkan dalam jangka panjang, penyangkalan diri dapat membawa kerugian. Apabila seseorang menolak kenyataan terlalu panjang. Sesorang akan cenderung melarikan diri dari masalah dan menyangkal persoalan itu sampai selamanya.

Saat inilah yang mengharuskan kita menguatkan iman, jangan sampai karena penyangkalan karena bertubi-tubi menghadapi persoalan akibat c-19 utamanya ketika ditinggalkan sesorang yang kita sayangi dan kenal baik kemudian terjadi pada diri kita hal yang tak logis dengan Denial atau penyangkalan yang akibatnya bukan hanya iman yang melemah tetapi imun juga akan melemah dan justru rentan akan semua penyakit bukan hanya c-19.

Kematian adalah takdir seluruh makhluk, manusia ataupun jin, hewan ataupun makhluk-makhluk lain, baik lelaki atau perempuan, tua ataupun muda, baik orang sehat ataupun sakit. Seperti dalam firman Allah Ta’ala berikut ini (yang artinya), “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran : 185).

Setiap manusia memiliki ajal, dan kematian tidak bisa dihindari dan kita tidak ada yang bisa lari darinya. Namun sayang, sedikit manusia yang mau bersiap menghadapinya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu kan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah : 8).

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa’ : 78).

“ Sesuatu yang bernyata tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran : 145).

Semua yang bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan ketetapan-Nya. Siapapun yang ditakdirkan mati pasti akan mati meski tanpa sebab, dan siapapun yang dikehendaki tetap hidup pasti akan hidup.Dan sebab apapun yang datang menghampiri tidak akan membahayakan yang bersangkutan sebelum ajalnya tiba karena Allah Ta’ala telah menetapkan dan menakdirkannya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan.

“Sering-seringlah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu KEMATIAN, karena tidaklah seseorang mengingatnya dalam kesempitan hidup melainkan akan melapangkannya dan tidaklah seseorang mengingatnya dalam keleluasaan hidup melainkan akan mempersempitnya.” (HR. Baihaqi, Ibnu Hibban dan Bazzar, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’, hadist nomor 1222).

Mengingat kematian akan menimbulkan rasa khawatir di dunia yang fana karena kita akan menuju negeri akhirat yang abadi. Kematian tidak mengenal usia, waktu ataupun penyakit tertentu agar setiap orang mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Manusia tidak pernah lepas dari kondisi lapang dan sempit, sehingga dengan mengingat kematian, maka manusia tidak akan terlena ataupun berputus asa dari takdir. Manusia yang mengingat kematian akan dimuliakan dalam 3 (tiga) hal, yaitu :

  1. Segera bertaubat,
  2. Hati qanaah,
  3. Giat ibadah.

Bagaimana dengan manusia yang mengharapkan kematian segera datang?. “Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena marabahaya yang menimpa, kalaupun harus mengharap (mati), hendaklah berdoa : Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan lebih baik bagiku dan matikan aku jika kematian lebih baik bagiku.” (HR. Al-Bukhari : 567 dan HR. Muslim : 2680).

“Janganlah salah seorang kalian mengharapkan dan berdoa (memohon) kematian sebelum waktunya tiba, sungguh bila salah seorang dari kalian meninggal dunia, amalnya terputus, sungguh umur orang mukmin itu menambahkan kebaikan.” (HR. Muslim : 2686). Hendaknya manusia senantiasa bersabar dengan ketetapan dari Allah Ta’ala dan senantiasa istiqomah dijalan-Nya. Janganlah berputus asa karena sesungguhnya putus asa itu memberikan peluang kepada setan untuk melemahkan hati manusia. (abuyamuazarhabibi/drberbagaisumber)

Apakah kita akan mengutuk C-19 ini? Bukankah semua yang terjadi didunia ini adalah kehendak Allah, jika kita mengutuk apa yang telah ditetapkan Allah, artinya kita juga mengutuk dan tak percaya bahwa semua penyakit ada obatnya, bahwa setelah kesusahan akan ada kebahagiaan yang telah dijanjikan oleh Allah bahkan janji itu di ulang berturut-turut dalam ayat yang sambung menyabung
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

  1. إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
    inna ma’al-‘usri yusrā
    sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
    فَإِذَا فَرَغْتَ فَٱنصَبْ.7
    fa iżā faragta fanṣab
    Lantas apa lagi yang harus kita takutkan dan khawatirkan jika Allah sudah mengucapkan janji yang tak mungkin di ingkariNya.
    Tetap semangat,
    Bahagia
    Dan Sehat.
    Aamiin

Abuya Muazar Habibi
Pengasuh Pesantren Lenterahati Islamic Boarding School NTB

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca