LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Loading

Arsip untuk November 2020

Nasionalisme Remaja Anda Luntur? Kembalikan dengan Cara Ini

Nasionalisme Remaja Anda Luntur? Kembalikan dengan Cara Ini

Senin , 17 Aug 2015, 06:36 WIB

Aneka pernak-pernik menyambut Hari Kemerdekaan ke-70 dijajakan oleh penjual di Kawasan Jatinegara, Jakarta, Rabu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika beranjak remaja, biasanya anak remaja mulai luntur rasa cinta Tanah Airnya. Misalnya, remaja lebih senang lagu barat, makanan barat, dan budaya barat lainnya

Bagaimana cara menumbuhkan kembali rasa cinta Tanah Air? Di usia ini anak kemungkinan rada sulit diberi pemahaman. Remaja umumnya memiliki pendapatnya sendiri dan mulai menentang.

Menurut Psikolog Anak, Ine Indriani MPsi, rasa cinta Tanah Air atau nasionalisme sepatutnya ditumbuhkan dari kecil. Apa yang sudah ditumbuhkan dari kecil maka akan lebih bisa terbawa hingga dewasa. 

Mengajarkan cinta Tanah Air perlu dengan cara yang menyenangkan dan kreatif terutama untuk remaja agar tidak berasa terpaksa dan rasa cinta itu benar-benar tumbuh. “Untuk remaja tentu caranya perlu lebih kreatif misalnya mengunakan baju tradisional dengan nuansa modern, mengajak wisata dan menumbuhkan kreativitas anak dari produk dalam negeri,” jelasnya kepada ROL, Ahad (16/8).

Karena itu, Ine menegaskan penting sekali mengajarkan dan menanamkan ke anak rasa cinta Tanah Air sejak dini. Manfaatnya sangat besar, sampai dewasa selain menjadi menghargai bangsanya juga mereka akan memiliki motivasi untuk membangun negerinya. 

Bila suatu saat dia pergi ke luar negeri untuk sekolah, anak akan balik lagi untuk membangun negerinya sehingga memajukan bangsa. Anak juga terpacu untuk merawat, menjaga kelestarian negara dan budayanya, dan mengembangkan produk-produk Indonesia.

Jika tidak diajarkan sejak dini rasa cinta Tanah Air. Dampak negatifnya ke depan, anak cenderung mudah terbawa dengan budaya luar yang nilai-nilainya bisa berbeda dengan budaya sendiri. Terlebih budaya luar cenderung lebih bebas, dan lainnya. Anak bahkan ada juga yang tidak menghargai dan mencintai bahasanya sendiri. Sehingga rasa kepemilikan dan menghargai menjadi berkurang terhadap negaranya

Menjadi Santri Zaman Now

Menjadi Santri Zaman Now

Santri zaman now itu santri yang tidak hanya bisa membaca kitab kuning atau Alquran.

Santri zaman now. Kaya apa sih santri zaman now itu? Santri zaman now itu santri yang tidak hanya bisa membaca kitab kuning atau menghafal alquran. Santri zaman now itu, harus punya banyak kebisaan, pengalaman, berpendidikan, dan mengikuti perkembangan teknologi kekinian.

Santri zaman now itu harus bisa berbahasa asing, minimal menguasai dan cakap dalamBahasa Arab dan Bahasa Inggris, syukur-syukur bisa berbahasa Belanda, Perancis, Jerman, Korea, canton, mandarin, Jepang, dan sebagainya. Santri zaman now itu harus berwawasan luas, fleksibel, lugas, dan banyak bergaul dengan berbagai kalangan.

Santri zaman now itu tidak lagi berpakaian lusuh dan berpeci kupluk. Santri zaman now itu bisa berpeci putih seperti pak haji dan tetap bisa bersarung meskipun di luar negeri. Santri zaman now itu tidak lagi ngaji di kobong, tetapi bisa memberikan kajian di Hong Kong.

Santri zaman dulu adalah orang yang mengenyam pendidikan agama di Pondok Pesantren, bertahun-tahun, pulangnya hanya sebulan sekali kalau pesantren modern. Tetapi santri sekarang bisa juga belajar melalui majlis-majlis taklim yang tidak menginap di sebuah pondok pesatren.

Karena siapa saja yang belajar ilmu agama bisa disebut sebagai santri. Tetapi ada kelas-kelasnya. Ada santri tradisional yang memang menginap di Pesantren berkamar sederhana dan masak sendiri.

Ada santri modern yang diistilahkan sekarang dengan Boarding School, berasrama putra-putri dan pakaiannya dilaundry. Ada santri kalong yang belajarnya di malam hari, pagi sampai sore bekerja, malam belajar lagi. Ada santri Pasaran yang setiap bulan Ramadhan ikut belajar kitab di pondok pesantren.

Ada santri binaan yang pelajarnya adalah para narapidana di lembaga pemasyarakatan (Lapas) atau para waria dan wanita tuna susila yang sudah bertaubat.
Siapa saja boleh menjadi santri. Bisa disebut santri. Selama mau belajar dan mematuhi pesan-pesan Kiai.

Kiai adalah sebutan untuk guru yang mengajarkan santri. Juga tidak ada kata terlambat untuk menjadi santri. Tua atau muda. Jangan menunda sampai tua untuk menjadi santri. Untuk belajar pun tidak harus di pesantren, bisa juga aktif pengajian di majlis-majlis taklim. Tentunya, harus dimulai dari kemauan diri sendiri yang kuat.

Berusaha untuk bergaul dan berkumpul dengan orang-orang baik yang cenderung taat kepada agama, maka akan menjadikan diri sendiri seperti santri.
Dalam mengenyam pendidikan agama atau menjadi santri tidak bisa seperti mie.

Sebulan dua bulan langsung jadi. Langsung pandai membaca alquran. Tidak. Karena untuk menjadi santri butuh waktu. Perlu proses. Seperti besi yang dibakar dulu oleh pandai besi sehingga bisa menjadi tajam laksana belati. Begitu juga santri, harus ditempa dulu dengan berbagai ilmu dan bersabar dalam memahami ilmu.

Karena orang yang belajarnya Cuma sebentar, ilmunya belum matang. Masih setengah dan mudah berubah. Sebab syarat menjadi santri ada enam. Kecerdasan, kemauan, kesabaran, biaya, petunjuk guru, dan waktu yang lama.
Banyaknya ajaran-ajaran yang menyimpang saat ini, bisa disebabkan karena proses mendapatkan ilmu yang tidak matang.

Cerita Ramadhan di Kolong Jembatan Hong Kong

Maunya cepat matang seperti buah dalam karbit, matang luarnya tetapi masam rasanya. Semoga kita bersabar menjadi santri, bersabar dalam menuntut ilmu. Sehingga ilmu yang didapatkan menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat.

Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa (CORDOFA), Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (TIDIM) LDNU.

AKTIFITAS KEGIATAN BELAJAR SELAMA COVID-19

Dengan ikhtiar dan protokol covid-19, Lenterahati Islamic Boarding School telah mengawali proses pembelajaran tatap muka sejak 6 bulan yang lalu.

Alhamdulillah berkat doa, iktiar dan dukungan dari walisantri, semua berjalan dengan normal dan sehat lahir dan batin.